Selama ini ponsel QWERTY telah menjadi andalan berbagai ponsel merek lokal dan merek China dalam menggapai pasar. Namun menurut General Manager LG Mobile Communication Indonesia Usun Pringgodigdo volume penjualan QWERTY mulai berkurang di 2010.
“Puncak ponsel QWERTY sudah terjadi di 2009 lalu, dan di 2010 akan terjadi penurunan pertumbuhan penjualan,” katanya di Jakarta, kemarin. Usun menyebut minat pada ponsel QWERTY akan tetap tinggi dalam dua tahun ke depan. Namun LG menilai pada 2011 akan terjadi peralihan dari fitur QWERTY ke layar sentuh.
Sementara pasar ponsel QWERTY masih tetap menantang bagi berbagai vendor lokal termasuk salah satu peritel besar Global Teleshop. Presiden Direktur Global Teleshop Djatmiko Wardoyo mengatakan permintaan ponsel low end adalah yang paling besar di Indonesia.
Ia menilai banyak konsumen yang ingin BlackBerry, namun karena daya beli yang tidak sampai maka ponsel yang lebih terjangkau yang dipilih. “Makanya kami akan mengeluarkan brand sendiri pada Februari 2010,” katanya.
Ia menilai pasar di daerah masih terbuka sangat lebar. Terutama di pinggiran perkotaan, merupakan calon konsumen potensial. “Dalam dua tahun ke depan ponsel QWERTY masih akan digemari,” katanya.
Ia mengakui jumlah pemain ponsel lokal sangat banyak. Namun hal itu bukan suatu penghalang untuk menambahkan satu merek baru kepada konsumen. “Biarpun pemainnya sangat banyak, tapi kalau pasarnya besar kami tidak pernah takut,” katanya.
Namun Usun Pringgodidgo mengingatkan untuk mengenalkan merek baru bukanlah hal mudah. Bagi LG, masuknya vendor lokal baru juga bukan tantangan. “Merek ponsel lokal sudah sangat banyak, jadi keadaanya akan sama saja dengan saat ini, tidak ada perubahan berarti. Sudah ada 60 lebih vendor ponsel lokal di pasaran,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Hioe An Kin, Manajer Senior Penjualan & Kanal HHP Business Department PT Samsung Electronics Indonesia. “Pasar berisi ponsel yang beraneka ragam baik merek A maupun merek B. Pengguna datang dan pergi tidak menjadi masalah besar, tugas vendor adalah membuat mereknya disukai,” katanya.
Ia menambahkan Samsung juga akan melihat apakah merek yang diluncurkan itu menggunakan perangkat keras lokal atau China. Baru setelah itu, Samsung akan mengambil tindakan positioning strategy atau tidak.
Sementara Samsung juga tak khawatir jika ponsel merek lokal seperti Global Teleshop bermain di sisi harga. Hioe An Kin menilai masalah itu tidak akan menyaingi produk Samsung, karena memiliki strategi dari hulu sampai ke hilir.
“Biarkan saja mereka membuat merek sendiri, toh sekarang merek sudah ratusan tidak menjadi masalah. Persaingan adalah hal yang wajar,” tegasnya. Samsung juga memperkirakan di 2010 akan terjadi penurunan pertumbuhan ponsel QWERTY, karena masyarakat sudah mulai beralih ke ponsel berfitur layar sentuh.
“Samsung memikirkan untuk men-drive strategi dengan kualitas dan inovasi sendiri. Namun memang ponsel QWERTY masih akan tetap dipasarkan hingga semester kedua 2010 dengan varian baru instant messaging per kuartalnya. Namun di 2011 akan mulai marak ke ponsel touch-screen karena pasar mulai jenuh,” ujar Hioe.
Ia menambahkan Samsung sudah menyiapkan ponsel QWERTY, touch-screen dan kombinasi QWERTY dan touch. Semua produk ini masing-masing punya keunikan dan pasar sendiri. “Untuk menyongsong penggunaan fitur layar sentuh di 2011 maka tahun ini Samsung akan men-drive ke pasar touch-phone,” ujar Hioe An Kin.
Hioe An Kin menyatakan Samsung akan tetap menggarap tiga pangsa pasar, namun berkonsentrasi di pasar mid-end dan high-end. Hal itu karena kontribusinya mencapai 70% pemasukan bagi Samsung walau low-end juga tetap diberi perhatian.
“Samsung memiliki person yang menangani khusus di ketiga jenis pasar tersebut, jadi jelas mulai hulu sampai hilir akan menjadi lahan Samsung,” tandas Hioe. [mdr]
0 komentar:
Posting Komentar